Namang, Bangka Tengah
Gambus merupakan instrumen musik tradisional suku melayu yang tersebar di pulau Sumatera dan semenanjung Malaysia. Gambus sering dikaitkan dengan kebudayaan Islam. Sebenarnya gambus berasal dari peradaban Timur-Tengah yang digunakan dalam taqsim, tahmila, bashraf dan doulab.
Persebaran gambus di pulau Sumatera sudah diduga terjadi pada masa pendudukan Portugis di Malaka, karena pada saat itu pusat aktivitas perdagangan Timur-Tengah yang sekaligus membawa ajaran Islam dipindahkan ke pulau Sumatera. Dalam tradisi musik suku Melayu, gambus digunakan dalam pertunjukan musik zapin dan ghazal.
Karena memiliki mayoritas suku melayu, Desa Namang Kecamatan Namang Kabupaten Bangka Tengah ini juga melestarikan musik Gambus. Salah satunya Kusyadi, 48 tahun, warga Desa Namang.
Saat Humas Polsek Namang, Briptu G.A Firdaus N. mendatangi kediaman Kusyadi di Desa Namang, Kusyadi mengatakan bahwa selain melestarikan musik gambus, Kusyadi juga membuat alat musik gambus tersebut seperti Gitar Gambus & Gendang.
" Selain sebagai seniman musik gambus, saya juga mengerjakan pembuatan alat musik gambus berupa gitar, gendang dan lainnya." terang Kusyadi.
Kusyadi bercerita bahwa selain memasarkan alat musik Gambus tersebut ke sejumlah daerah di Pulau Bangka & Belitung, Kusyadi juga menerima pesanan dari Pulau Jawa & Pulau Sumatera.
" Selain di Pulau Bangka & Belitung, saya juga menerima pesanan dari seniman yang berasal dari pulau Jawa & Sumatera." kata Kusyadi.
Kusyadi juga bercerita kepada Humas Polsek Namang bahwa Kusyadi pernah mendapat rekor Museum Rekor Indonesia ( MURI ) tahun 2010 karena telah menciptakan rekor bermain musik Gambus selama 48 Jam Non-Stop.
" Saya bersama Grup Musik Gambus Bateng Art, pernah mendapat Rekor MURI pada tahun 2010 untuk bermain musik Gambus selama 48 Jam Non-Stop." ungkap Kusyadi.
Seniman musik Gambus yang telah berkeliling Indonesia ini mengatakan pernah di tawar oleh pihak Negara asing untuk bekerja sebagai pengerajin sekaligus seniman alat musik Gambus di Negara tersebut.
" Tahun 2011, saya pernah di tawar oleh pihak Negara Asing untuk bekerja di Negaranya sebagai Pengerajin Alat Musik Gambus. Namun saya menolaknya karena saya ingin berkarya untuk Negara Sendiri. " kata Kusyadi.
Diakhir pembicaraan dengan Humas Polsek Namang, Kusyadi berterima kasih kepada Pihak Polsek Namang serta memberikan pesan kepada pemuda.
" Terima kasih kedatangannya, Pak Firdaus. Jarang ada Polisi yang peduli dengan seniman seperti saya. Kepada Pemuda di Babel ( Bangka Belitung ), saya berpesan, mari melestarikan musik Gambus. Karena musik Gambus adalah musik khas melayu. Jangan sampai kita kehilangan salah sayu budaya kita sendiri." tutup Kusyadi.
Redaksi & Dokumentasi oleh :
Humas Polsek Namang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar